banner image

Recent in Sports

banner image

Kajian Perencanaan Jalur Hijau di Perkotaan

    Jalur hijau merupakan bagian dari jalan yang memberikan tempat penanaman tanaman dan peletakan elemen lansekap lainnya. Keberadaan jalur hijau mampu mengurangi dampak negatif dari polusi udara, meningkatkan keselamatan pengguna kendaraan, dan memberikan nilai estetika pada lingkungan. Kualitas ruang terbuka publik, terutama  ruang terbuka hijau (RTH) pada 30 tahun terakhir,  mengalami penurunan yang sangat signifikan. Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik tersebut, baik berupa  Ruang terbuka  hijau (RTH)  dan  ruang terbuka  non-hijau,  telah  mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan seperti seringnya terjadi banjir diperkotaan, tingginya  polusi udara, dan meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas,  tawuran antar warga),  serta  menurunnya produktivitas  masyarakat akibat stress karena terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial.

    Sesuai dengan Permen PU No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, selain fungsinya sebagai penyerap polusi udara, vegetasi pada bentang jalan juga mempunyai fungsi lain yaitu sebagai peneduh atau pelindung, peredam kebisingan, pemecah angin, pembatas pandang, dan penahan silau lampu kendaraan. Menurut peraturan yang sama, vegetasi pada ruang bentang alam dapat dikategorikan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jalur Hijau Jalan.


JALAN SEBAGAI PEMBENTUK CITRA KOTA

Isolasi atau pemisahan stimuli visual dalam perencanaan dan perancangan lingkungan dapat menyebabkan pembentukan lingkungan visual yang  asing bagi pengguna di kehidupan nyata seperti pernyataan Rapoport (1977) tentang lingkungan pada koridor jalan, bahwa stimuli visual pada perancangan. Stimulasi ini menekankan pada aspek pengalaman yang mampu menarik minat penggunanya dan membangkitkan gairah untuk mengeksplorasi lingkungannya sehingga merasa nyaman dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan tersebut. Jika kondisi lingkungan tersebut dianggap baik dan mampu mengakomodasi kebutuhan pengguna, [maka] seseorang akan tertarik untuk melibatkan diri di dalamnya (Steele,1981).

Jalan raya sebagai salah satu wujud ruang terbuka kota memiliki berbagai fungsi diantaranya fungsi ekonomi, sosial, dan estetik. Fungsi estetik berkaitan dengan bagaimana jalan tersebut dapat membentuk persepsi positif bagi pengguna melalui elemen-elemen visual yang dapat memberikan kenyamanan dan pengalaman visual yang menyenangkan. Dengan fungsi estetis tersebut, jalan memiliki peranan penting dalam membentuk persepsi seseorang terhadap struktur atau image sebuah kota. Jika jalan-jalan kota hidup, kota tersebut akan menarik, begitupun sebaliknya jika jalan-jalannya menjemukan, kota juga akan tampak menjemukan (Jacobs dalam Broadbent, 2001). Hal ini karena manusia mengamati rangkaian obyek visual di sepanjang jalur sirkulasi yang  kemudian menambah nilai pengalaman dan pemahamannnya akan ruang kota.


Gambar Elemen Vegetasi Dalam Perancangan Jalur Hijau
Elemen Vegetasi



VEGETASI JALUR HIJAU JALAN

Adapun kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH Jalur Hijau Jalan dari sifat biologisnya antara lain adalah sistem perakarannya masuk ke dalam tanah dan tidak merusak konstruksi dan bangunan, perawakan dan bentuk tajuk cukup indah, tidak menggugurkan daun dan daunnya tidak mudah rontok karena terpaan angin kencang, saat berbunga/berbuah tidak mengotori jalan, buah berukuran kecil dan tidak bisa dimakan oleh manusia secara langsung, sebaiknya tidak berduri atau beracun, tahan terhadap hama penyakit, tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industri, mampu menyerap pencemaran udara, dan berumur panjang.

Untuk vegetasi dengan kategori pohon yang tinggi dan berdaun rindang hendaknya ditanam di area tepi jalan dimana area pejalan kaki berada karena dapat berfungsi sebagai peneduh sekaligus pelindung dari terik matahari, air hujan, asap dan lalu lintas kendaraan. Pohon-pohon yang tinggi dan berdaun rindang membutuhkan area tanam yang lebar agar sistem perakarannya tidak merusak lapisan penutup jalan seperti aspal atau paving serta struktur bangunan. Jenis pohon yang cocok untuk fungsi ini antara lain Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Melinjo (Gnetum gnemon), Bungur (Lagerstroemia floribunda), Cempaka (Michelia champaca), atau Tanjung (Mimosups elengi).

Ketinggian Vegetasi


Kehadiran tanaman dalam sebuah lingkungan memberikan kepuasan psikologis yang mendalam bagi penghuninya. Tanaman memiliki banyak kegunaan dalam kaitannya dengan jalan, yaitu (McClusky, 1992) :

  1. Fungsi ekologis, seperti menyerap gas beracun, mengeluarkan oksigen dan memfilter debu.
  2. Fungsi teknik, seperti mencegah erosi, tameng cahaya, kontrol kebisingan, kontrol iklim, pelindung dari angin dan menjadi elemen pengarah lalu lintas.
  3. Fungsi arsitektural, seperti memperkaya kualitas visual ruang jalan melaui bentuk, warna, pattern dan tekstur tanaman.

Terkait dengan aspek kualitas visual ruang koridor jalan, beberapa segi pertimbangan lebih dikaitkan dengan nilai estetikanya meskipun tanpa menghilangkan fungsi teknis yang lain. Oleh karena itu vegetasi sebagai elemen dinding koridor lebih menekankan pada penataan dari aspek: 

  1. Bentuk dan jenis tanaman, 
  2. warna tanaman dan 
  3. peletakan/komposisi tanaman.

Konsep Peletakkan Vegetasi


PENGARUH KARAKTERISTIK JALAN DAN KECEPATAN TERHADAP PENATAAN TAMAN

Pemilihan tanaman berkaitan dengan skala lahan, bentuk lahan dan juga kecepatan lalu lintas yang dikaitkan dengan perubahan pandangan pengguna jalan tersebut. Pada jalan lurus, pandangan kedepan akan bertambah dan berubah sepanjang pemandangan di sisi jalan sedangkan pada jalan yang berbelok (curved lenght), pandangan akan berubah seiring dengan perubahan tikungan. Tingkat perubahan pandangan akan bergantung pada kedekatan pandangan dan kecepatan kendaraan. Obyek yang jauh akan terlihat statis untuk beberapa lama, sedangkan obyek yang dekat akan terlihat cepat berubah dan berlalu. Deretan tanaman pada high speed road dapat diperpanjang jika dimaksudkan untuk menarik kesadaran pengemudi.

Pengalaman saat mengemudi akan banyak diperoleh jika mengurangi ruang yang tertutup atau dibatasi oleh pepohonan dan digantikan dengan ruang terbuka sehingga pandangan menjadi leluasa (McClusky, 1992) sehingga kemonotonan koridor jalan  dapat menimbulkan efek negatif secara psikologis. Hal tersebut dapat diminimalisir dengan kehadiran  tanaman dengan komposisi yang beragam (McClusky dalam Subadyo, 2003). Komposisi yang paling menarik pada penatan tanaman pada umumnya apabila variasinya cukup kaya yang terjalin menjadi satu kesatuan yang serasi (Arnold dalam Subadyo, 2008).

Pada koridor jalan jenis kecepatan dapat dibagi sebagai berikut (Ching, 1979:96):
  1. Kecepatan pejalan kaki. Pedestrian memiliki kebebasan bergerak yang tidak terbatas. Mereka membutuhkan perubahan visual yang cepat, menarik, beraneka ragam, dan impresif.
  2. Kecepatan kendaraan. Kebebasan bergerak semakin terbatas. Menurut penelitan Hamilton dan Thurstone, semakin tinggi kecepatan bergerak maka konsentrasi pengamat bertambah, sudut pandangan mengecil atau semakin fokus sehingga detail-detail yang paling dekat terlihat memudar sehingga membutuhkan bentukan dan lengkunganlengkungan yang mengalir bebas dan  artikulasiperulangan yang lebar, selaras dengan irama jalannya kendaraan (McKluskey, 1992).
Tiap individu sudut visi sekitarnya berbeda-beda menurut umurnya, dimana sudut yang terkecil tercatat sampai dengan 40°, bahkan untuk individu dengan usia diatas 60 tahun sudut visi tersebut cenderung mengecil lagi. Demikian juga dengan kecepatan kendaraan akan membawa pengaruh yang nyata pada besaran sudut visi sekitar, dimana fokus pandangan tersebut menghasilkan hubungan seperti : 
  1. kecepatan 40 km/jam memiliki fokus 180 meter; 
  2. kecepatan 65 km/jam memiliki fokus 360 meter; dan
  3. kecepatan 100 km/jam memiliki fokus 600 meter 
sedangkan pengaruh kecepatan terhadap sudut pandang daerah sekitar menyebabkan sudut menjadi lebih kecil, yakni: 
  1. kecepatan 40 km/jam memiliki sudut pandang horisontal 100°; 
  2. kecepatan 65 km/jam memiliki sudut pandang horisontal 65°; dan 
  3. kecepatan 100 km/jam memiliki sudut pandang horisontal 40°. 
Pengaruh Geometrik Jalan Terhadap Sudut Pandang



Kajian Perencanaan Jalur Hijau di Perkotaan Kajian Perencanaan Jalur Hijau di Perkotaan Reviewed by taufiksetyawan46 on October 14, 2020 Rating: 5

No comments:

Music

4/Music/grid-big
Powered by Blogger.